Tuesday, July 14, 2020

Denny Siregar: Perang Besar Dimulai

https://www.tagar.id/denny-siregar-perang-besar-dimulai
Denny Siregar
Opini

Apa yang saya lakukan bukan untuk menghancurkan perusahaan itu, justru ingin menyelamatkannya supaya kepercayaan masyarakat menguat. Denny Siregar.












Ilustrasi - Gedung Telkom Landmark Tower. (Foto: BUMN Track)

Membersihkan kadrun di dalam perusahaan, apalagi perusahaan besar, tidak bisa hanya teriak-teriak di media sosial. Media sosial hanya berdampak sosial, dan getarannya cuma sedikit saja, habis itu hilang. Bahkan bagi mereka tidak akan terasa

Bukan juga dengan boikot cabut kartu. Hilang satu dua pelanggan, tidak akan berpengaruh. Apalagi main tagar dan bintang satu di aplikasi. Mereka ketawa ngakak dengan permainan anak-anak seperti itu.

Mereka sudah begitu lama di sana, sudah mengakar dan beranak-pinak. Bahkan mereka membangun perkumpulan karyawan yang bisa menekan Direksi terpilih. Atau memainkan isu lewat majelis agama yang sudah lama mereka bangun di sana.

Siapa pun kepalanya di sana, tidak akan mampu membersihkan mereka, karena banyak faktor, dan faktor utama adalah takut jabatannya hilang.

Cara yang benar adalah usik sarangnya dengan bermain secara hukum, lewat gugatan. Gugatan yang benar bisa menghajar mereka habis-habisan, sehingga kepalanya akan teriak kesakitan. Dan ketika dia kesakitan, dia akan menggigit ke mana-mana, termasuk ke dalam.

Internal mereka akan dibersihkan. Banyak orang yang diduga terlibat akan dibuang.

Itulah yang kadrun takutkan. Dampak sistemik. Ibarat virus yang tidak bisa diobati hanya dengan obat demam, kita harus masuk ke dalam aliran darahnya dan mencari sumber utamanya.

Jika sumber utama ditemukan dan dimusnahkan, tubuh perusahaan akan membangun antibodi sendiri. Dan antibodi itu akan melawan virus-virus yang bersarang.

Jadi, jangan berpikir apa yang akan saya lakukan itu menghancurkan perusahaan itu. Saya justru ingin menyelamatkannya supaya kepercayaan masyarakat menguat.

Ini perang besar. Lawannya kuat dan berdana besar. Guncangannya keras dan menakutkan. Tapi ini juga tegang sekaligus mengasyikkan. Dari peristiwa inilah, saya akan tahu, siapa teman dan siapa sesungguhnya lawan.

Seruput kopinya, kawan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

No comments: