Monday, November 12, 2012

Yesus Sang Gembala

http://ratnaariani.com/2010/02/01/yesus-sang-gembala/
Agung Adiprasetyo (CEO Kompas – Gramedia) pada acara Seminar Fruitful  Business: Jesus @ Work


Dalam bisnis setiap saat menjadi petarung
Sebagai eksekutif dan pebisnis setiap saat hidup kita seperti seorang petarung. Batasnya hanya dilingkaran tali. Pekerjaan kita mengeluarkan lawan dari tali, atau sebaliknya lawan kita mendorong kita keluar dari arena pertarungan seperti pemain sumo ini. Kalau kita berhadapan dengan share holder, walaupun deviden sudah naik dua kali lipat, mungkin pemegang saham hanya senang selama 2 menit. Lebih dari itu mereka merasa kurang. Ketika menghadapi pegawai, walaupun mungkin mereka dinaikkan gaji 10%, mungkin mereka juga hanya senang selama 2 menit, selebihnya merasa kurang juga. Keadaan ini dihadapi oleh eksekutif ketika melayani semua stake holdernya: petugas pajak, birokrasi pemerintah, karyawan, pemegang saham, lebih-lebih kompetitor. Hidup seperti memaksa kita setiap saat menjadi petarung.
Sampai kapan Juara dapat bertahan
Dalam pertempuran tadi, bisa saja kita menjadi juara. Pertanyaannya sampai kapan kita bertahan? Mengapa? Karena semua orang menginginkan menjadi juara. Orang hanya menghargai juara pertama, bahkan runner up ratu kecantikan tidak diingat orang. Karena semua orang ingin menggantikan posisi juara, maka posisi menang adalah posisi yang rawan tergantikan. Tetapi bisa jadi, posisi juara itu tergantikan karena salah kita sendiri. Ibarat bermain bulutangkis, kita outside sendiri atau netting sendiri, bukan karena di smash lawan. Tiger Woods misalnya. Sudah bagus jadi juara dunia, punya istri cantik, bermain-main dengan orang lain. Akibatnya hari ini, semua sponsor yang membuat dia berpenghasilan lebih dari 1 milyar dolar per tahun satu persatu menarik diri. Kekalahan dibuat karena kesalahan diri sendiri.
Mengapa ada rintangan, masalah cobaan dan setan?
Pertanyaannya mengapa Tuhan harus menciptakan rintangan, masalah, cobaan bahkan diciptakan setan? Kalau semua toto tentrem kerto rahardjo loh jinawi kan enak. Jawabnya: supaya kita tangguh, supaya kita menjadi orang hebat. Kalau saya punya anak, lalu dia malas sekolah, apakah kita akan bilang: ya sudah tak usah sekolah. Kalau tak bisa belajar matematika, ya sudah karena susah, kamu tak usah belajar; pasti tidak seperti itu. Kita akan mengajarkan anak kita sampai dia mengerti setiap pelajaran, karena kita tahu hambatan itu akan membuat anak kita menjadi orang hebat nantinya.
Seandainya kalah/Betapa Jelek Nasibku
Kembali ke pertarungan hidup tadi, mungkin kita menjadi juara, tetapi sebaliknya kita mungkin juga kalah. Kalau kita dalam posisi sedang di bawah biasanya kita mengeluh betapa jelek nasibku, kenapa Tuhan jahat pada saya dengan membuat saya seperti ini.
Ada cerita bagus tentang nasib melalui ilustrasi antara sikat gigi dan tissue. Sikat gigi setiap hari mengeluh, nasib saya jelek benar, tiap hari saya disuruh membersihkan kotoran gigi. Dia merasa nasibnya paling buruk. Kebetulan ketemu tissue, dan tissue ini berkata: masih bagus kamu sikat gigi, kamu cuma disuruh membersihkan gigi, saya disuruh membersihkan yang lain. Maka ketika Anda punya nasib jelek, ketika dalam situasi susah, kuncinya saya sarankan: masuklah ke kamar kecil lihatlah nasib tissue, jangan-jangan nasib kita masih jauh lebih baik daripada orang lain. Ada banyak orang lain yang mempunyai nasib lebih jelek.
Mencari tujuan hidup mengikuti jalan atau kita ciptakan
Jadi kesimpulannya, hidup ini mau menjadi baik atau menjadi buruk itu ciptaan Tuhan atau sebenarnya ulah dan upaya kita sendiri? Ada mashab yang mengatakan ikut saja orang majus. Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat hidupnya seperti apa. Mereka berupaya mencari Yesus melalui petunjuk bintang. Apa benar secara harafiah bintang itu benar ada lalu berjalan dimuka orang-orang majus itu. Barangkali semua ilmu harus dikerahkan untuk melihat bintang yang memberi petunjuk betlehem itu ada dimana. Dalam perjalanan mungkin saja mereka kehilangan jejak, bertanya, berusaha sendiri untuk sampai ke bayi Yesus. Mashab lain, ya hidup ini sudah dari sananya diciptakan. Yudas contohnya. Dia dilahirkan untuk menjadi pengkhianat, karena kalau tiba-tiba waktu itu Yudas memutuskan menjadi orang baik mungkin tidak akan terlaksana apa yang tertulis dalam kitab suci.
Tergoda cangkir daripada isi
Sama seperti upaya orang Majus dalam upaya mencari Yesus selalu banyak godaan, nomor satu godaan yang paling besar: kita lebih suka melihat cangkir daripada isi. Sebelum kopi dicicipi kita tak tahu rasanya enak atau tidak, tapi mungkin kita sudah berdebat soal cangkirnya. Ibu saya tiap kali ribut kalau dibawa ke warung kopi ini. Katanya harga segelas kopi bisa dipakai untuk minum kopi seminggu. Tetapi toh kita senang, karena ini lifestyle; yang penting bukan kopinya, tapi cangkirnya yang waah….
Lebih penting kulit daripada isi
Ini iklan yang dipasang di Amerika. Kalau polisi melihat orang kulit hitam dan kulit putih, maka orang kulit hitam lebih punya potensi dapat hukuman dibanding orang kulit putih. Kalau melanggar lalu lintas nasibnya orang kulit hitam lebih susah dari orang kulit putih. Kita pun sama. Waktu masuk gereja, saat salam damai kita lihat kiri dan kanan. Maka nomor 1 yang ada dalam benak adalah kesan pertama. Bayangkan ada mbok2pakai sarung, jelek, hitam, duduk di sebelah kita…. bau lagi. Mungkin salam damai kita tidak ditujukan kepada mbok itu tapi kepada yang lain dulu. Malah kalau bisa tidak usah salaman dengan dia. Keliling sampai habis waktu untuk salam damai, sehingga kita tidak usah salaman dengan si mbok itu. Kita seringkali tergoda pada kulit daripada isinya.
Merelakan Yesus menjadi komandan
Nah melihat semua fenomena ini, pertanyaan mendasar adalah seberapa sering dan rela kita menyerahkan diri pada tuntunan Yesus. Semua hal dalam bisnis dan kehidupan sehari-hari dalam seluruh fenomena hidup kita, apakah kita mau serahkan pada Yesus sebagai komandan  — Tebarkan jala ! Ini cerita Petrus yang sudah semalaman keliling danau, ia tidak mendapatkan ikan. Saat Petrus bertemu Yesus, lalu Yesus berkata tebarkan jala saja. Kalau zaman sekarang, mungkin kita juga protes dulu pada Yesus: sudah semalam saya keliling tidak dapat ikan, eh sekarang Yesus minta lagi kita menebarkan jala. Mengapa kita protes? Karena kita tidak rela Yesus menjadi komandan kita. Dalam pekerjaan kita lebih sering protes lebih dulu terhadap target yang ditentukan dibandingkan dengan menjalankan saja dulu pekerjaan itu dengan maksimal, hasil akhirnya terserah yang maha kuasa.
Memotivasi diri dan mengembangkan talenta
Kedua, menyerahkan diri kepada Yesus sebagai komandan, artinya kita setiap kali memotivasi diri dan mengembangkan talenta yang kita dapat. Apakah kita kebetulan menjadi raja gula dunia dari Semarang seperti Oey tiong ham yang hidup sekitar tahun 1886. Atau kita hanya menjadi pengrajin minuman bergas Sarsaparila bernama Soeparno, yang setiap hari mempekerjakan tak lebih dari 5 orang pegawai dan hanya beberapa belas distributor.
Menyerahkan diri pada Tuhan, saya selalu mau bilang: saya tidak peduli apakah karya saya begitu besar atau hanya sedikit. Yang penting saya tidak menanam talenta saya ke dalam tanah. Di perusahaan atau kantor saya, hal ini dimanifestasikan dalam penilaian karya.  Tidak bisa lagi dikatakan karena kita orang baik dan sosial maka yang tidak berprestasi akan dihargai sama. Saya kira dalam pekerjaan sehari-hari hal ini tidak bisa dilakukan. Dari sisi yang lain, semua orang harus mengembangkan talentanya bahkan Tuhan marah ketika ada orang tidak mengembangkan talenta.
Tegas, Arif, Bicara dan Berbuat serta memberi contoh
Yesus termasuk berkarakter tegas, arif, tak sekadar bicara, pidato dsb. Kalau sekadar bicara seperti itu banyak orang bisa, tapi menjadi contoh yang baik tidak mudah. Saya belajar dari apa yang dilakukan Yesus, memberi contoh tidak hanya pada omongan tapi sampai berani mati. Di kantor saya ketika bulan-bulan Januari atau Februari tahun lalu ada banjir. Kami tidak hanya berkata kasih sumbangan urusan selesai. Ada banyak orang luar biasa, memberi sumbangan banyak, difoto di media, tetapi dia tidak pernah datang, melihat sendiri apa yang dirasakan oleh kurban. Yang penting foto terpampang di media, lalu semua orang memuji sebagai orang hebat dan sosial.
Memungut sampah yang dibuang orang lain
Paling sebel kalau ada orang lain melakukan kesalahan dan kita yang disuruh membereskan; atau sebaliknya orang lain melakukan kesalahan dia dipuji, sementara kita diminta membereskan kesalahan orang lain tanpa pujian. Apa yang namanyacompany/office politic terjadi dimana-mana. Pertanyaannya: maukah kita memungut sampah yang dibuat orang lain ?
Ini pelajaran yang paling berharga bagi kita, karena Yesus yang tidak bersalah, kok tiba-tiba Dia rela disalibkan ? Bahkan ketika Pilatus menawarkan mana yang harus saya bebaskan Yesus atau penjahat itu dan semua orang teriak agar Yesus yang disalibkan dan si bandit dibebaskan. Ketika kita harus memungut sampah yang dibuang orang lain, cerita ini mungkin bisa menjadi contoh yang baik.
Lapuk masih bermanfaat
Di perusahaan seringkali ada orang-orang yang sudah dianggap kayu lapuk atau dead wood. Lalu lingkungan cenderung menyingkirkan dia,  tak punya kontribusi, bikin penyakit. Bagaimana kalau suatu ketika kita menantang orang-orang SDM justru memberdayakan orang-orang ini sesuai keahliannya. Daripada pusing memikirkan pelatihan untuk mengatasi kelemahan seseorang, mengapa tidak sebaliknya merangsang kehebatannya. Kalau di perusahaan ada karyawan dengan talenta menyanyi, ya mungkin beri saja pekerjaan menyanyi pada waktu acara kantor, syukuran, ulang tahun atau perayaan lain.
Syukur, sabar dan percaya
Syukur adalah salah satu penyerahan diri. Burung saja diberi makan Tuhan. Kalau kita setiap kali bersyukur, lalu sabar dan percaya, pasti ujung-ujungnya semua indah pada waktunya. Coba berdiri, lalu tengok sebelah kanan kita siapa, sebelah kiri kita siapa, lalu kita amati kalau perlu dari ujung kuku sampai ke ujung rambut. Tersenyumlah, lalu katakan 1 kalimat tentang apa saja yang menyenangkan orang itu. Misalnya rambut kamu bagus, kamu cantik, kamu ganteng, kulit kamu mulus dsb, setelah itu katakan ke orang disebelah kiri lalu sebelah kanan. Setiap hari, setiap kita ketemu orang lalu kita katakan satu kalimat yang baik dan menyenangkan orang lain dan kita ucapkan dengan tulus dengan senyum, maka semua juga akan indah pada waktunya.

Sunday, November 4, 2012

KOMPETITOR MASUK BANTING HARGA

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10152213738210268&id=305415055267
Mardigu WP

Dunia kompetisi bisnis semakin kesini semakin ketat. Dahulu sewaktu mengawali membuat toko swalayan disuatu daerah, baru toko milik kami yang berbisnis didaerah tersebut namun kurang dari 5 tahun kemudian ada 8 toko berdiri dalam radius 3 km dari toko kami, sehingga dengan alasan itulah saya memutuskan menjual seluruh jaringan bisnis swalayan tersebut karena kami menganggap bisnis ini mudah dimasuki kompetitor.

Dalam waktu singkat seluruh toko kami 11 cabang dibeli oleh sebuah jaringan toko swalayan yang sangat kondang berbisnis retail ditahun 1997. Yang waktu itu baru memulai namun saya percaya bahwa mereka jauh lebih serius dengan modal dan berbagai kekuatan bisnis lainnya. Saya secara pribadi memegang prinsip bisnis, “if you can’t beat them, join them” kalau kamu tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka. Saya memilih yang ketiga. Keluar dari dunia tersebut karena berkompetisi sulit untuk menang, bergabung-pastinya tidak karena beda jenis kimianya, lebih baik keluar.

Saya menganggap sebuah keberuntungan sempat menjual seluruh asset tersebut dimasa yang tepat dengan penawaran tertinggi namun didalam berbisnis untuk keluar (exit plan) terkadang sangat sulit dan ada banyak pengusaha yang tidak mendapatkan moment seperti itu. Sehingga tidak sempat merubah corporat actionnya seperti kami lakukan, biasanya kalau tidak mendapat moment tersebut pilihannya adalah liquidasi.

Seorang entrepreneur dituntut kemampuan dan kejeliannyanya didalam menghadapi kompetisi terhadap produk kita yang sejenis. Apakah anda mau melakukan exit plan dengan mengganti bisnis atau bertahan dan menghadapi persaingan sejenis secara dog fight.

Misalnya anda mempunyai warung tegal didekat sebuah sekolahan. Waktu siang hari sangat ramai pengunjungnya sehingga dalam waktu singkat dalam jarak 100 meter ada sebuah warung tegal berdiri menjual produk yang sama dengan anda. Besar kemungkinan banyak pelanggan anda yang mencoba rasa dan mencoba harga warung baru tersebut.

Jika ternyata harganya lebih murah dan rasanya lebih enak secara alami bisnis anda akan terancam merugi. Dikondisi ini apa yang anda akan lakukan. Peristiwa ini banyak terjadi dimana saja, apa lagi anda memasuki bisnis yang mudah (easy Entry) anda merasa kaki anda keinjak? Kemudian menggunakan cara apa yang sehat dan terhormat untuk mengatasi persoalan ini.

Yang paling mudah dilakukan adalah menurunkan harga. Sehingga banyak pelanggan yang akan kembali lagi, bagai mana kalau kompetitor anda melakukan penurunan harga lagi walaupun dia rugi ngak apa-apa asal usaha anda bangkrut dan tutup karena merugi, baginya tidak masalah karena warung baru tersebut adalah warung ke tiga sehingga biaya-biaya akan di talangi oleh kedua warung utama mereka. Dilain sisi warung anda hanya satu anda turunkan lagi anda rugi, apa yang akan anda lakukan sekarang?

Main kasar, berantem atau main dukun keduanya tidak elegan membuat anda sebagai entrepreneur tercoreng karena anda tidak mampu berkompetisi secara sehat anda main kasar seperti anak kecil memanggil orang tuanya karena kalah argumen atau berebut sesuatu.

Dalam dunia kompetisi menurunkan harga adalah hal terakhir yang harus mereka lakukan. Dalam kompetisi yang sehat jika ada kompetitor naikkan servise anda bukan turunkan harga. Menurunkan harga akan mematikan anda, atau menurunkan mutu sehingga tak lama juga akan sepi pelanggan anda.

Dalam kasus warung tegal tadi sevice apa yang dinaikan? Es teh manis gratis tiap makan jam 15.00-17.00 ( jam tersebut jam sepi kita bisa membuat orang datang dengan promo tersebut) atau nasi putih tambah gratis jika tambah kuah tetap bayar kuahnya. “Bon jangan dibuang setiap bukti pembayaran kelipatan Rp 50.000 akan dapat satu porsi gratis makan siang untuk 2 orang selama 2 bulan ini”.

Meningkatkan servise pelayanan adalah cara berkompetisi yang elegan dan terhormat.

Jurus Bubur Ayam Ceker sukabumi
Selang 8 bulan bubur ayam ceker sukabumi kami berjalan ada sebuah gerobak muncul berjualan bubur ayam seperti yang kami jual. Berjarak hanya 2oo meter dari tempat kami membuka usaha tersebut. Dalam waktu 1 bulan kemudian hasil penjual di tempat bubur ayam mas sugeng ini turun walau tidak drastis, rupanya cukup pandai juga pesaing itu muncul mengendus peluang bisnis dan berani berkompetisi dengan yang sudah ada yaitu bubur ayam ceker milik kami.

Sebuah persaingan yang harus sehat kami lakukan seperti banyak saran dalam pelajaran kehormatan bagi seorang entrepreneur. Saat ini nilai sebuah kehormatan sudah turun jauh kalau tidak kita sendiri yang melakukan lalu sipa lagi. Didalam bersaing sehat maka kami mengadakan rapat khusus membahas hal ini.Beberapa keputusan menyarankan segera menurunkan harga jual dari bubur sukabumi milik kita sehingga pelanggan kembali membeli produk kita bahkan kompetitor mungkin harus menutup usahanya karena tidak mampu menurunkan harga lebih rendah lagi, namun saya mengingatkan sebaiknya membuat banyak alternatif solusi lain lagi dan di bandingkan dan saya seperti biasa tidak ikut menyarankan apapun.

Kemudian lahirlah sebuah ide brilian dari mas sugeng, setidaknya menurut saya yaitu harga bubur tetap tidak diturunkan namun mereka membuat topping atau menu tambahan yang bervariasi dan semua ada harganya. Bubur tetap Rp 4000, tambah ati ampela, Rp 1000, tambah ceker Rp 1000 tambah telor ayam kampung Rp 2000, tambah tongcai, kerupuk, emping, cakwe Rp 500. perkedel sate telor puyuh, tempe goreng menu sampingan ditambah. Hasil pilihan didalam menghadapi kompetitor dipilih adalah menaikan servise dan menambah varisasi produk, hal ini yang saya katakan sebagai ide brilian dan terhormat.

Tentu efek dari penawaran yang lebih tadi memberikan pengaruh yaitu menaikan harga namun ternyata penjualan meningkat dan pelanggan bertambah, aneh khan?!. Inilah rumus-rumus manajemen sederhana yang di wariskan oleh mitra saya mas sugeng. Dia benar, ternyata pelanggan bukan mencari harga murah dalam pilihan pertama, tetapi rasa, mutu, suasana, pelayanan baru harga, terima kasih mas sugeng atas ide manajemen brilian, competitor masuk naikkan service!!! # may peace be upon us