Sunday, May 22, 2011

Memotivasi dengan ketulusan hati

http://executive.kontan.co.id/v2/kopi_pagi/read/89/Suziany-Japardy
Minggu, 22 Mei 2011 | 17:05



Suziany Japardy




Presiden Lippo Land Club

Mengelola sumber daya manusia adalah faktor terpenting dalam 
mencapai tujuan perusahaan. Apalagi untuk perusahaan pemasaran 
properti seperti Lippo Land Club. Maklum, tenaga pemasaran kami 
yang berjumlah 4.000 orang bukanlah karyawan. Mereka berstatus 
mitra (memberindependen. Tidak ada keharusan mereka hanya 
menjual produk dari grup kami.

Untuk mendorong mereka tetap semangat dan loyal memasarkan 
produk Lippo, berikut bebarapa prinsip yang kami terapkan.
Pertamasincere (ketulusan hati). Ada tiga hal penting bagi 
profesional: how to handle staffhow to handle boss, dan 
how to handle client.  Prinsipnya, siapa pun yang kita handle, s
emuanya harus dengansincere. Saya percaya, sesulit apa pun 
karakternya, setiap orang punya hati nurani. Dan, ketulusan 
hati kita lah yang bisa menyentuhnya.
Dalam berhadapan dengan members, saya tak bisa bersikap 
layaknya  atasan terhadap bawahan, “Youlakukan apa yang 
saya katakan.” Mereka bukan karyawan, tapi mitra kami. J
ika mereka tidak suka, mereka bisa meninggalkan kami begitu 
saja. Karena itu  pendekatan yang paling tepat  adalah 
pendekatan hati.
Kedua, memahami kebutuhan. Ketulusan hati saja tidak cukup. 
Untuk membangun loyalitas, kita harus tahu dan memenuhi apa 
yang mereka butuhkan. Kebutuhan itu yang pertama tentu saja 
penghasilan yang memadai. 

Di Lippo Land Club, kami memberi komisi yang kompetitif. 
Juga ada benefit tambahan seperti bonus, fasilitas berobat 
ke rumah sakit, dan menginap gratis di hotel.   
Ketersediaan produk yang layak jual juga hal pokok dalam 
membangun loyalitas. Untuk itu, kami terus mengembangkan 
proyek baru.
Dukungan dalam menjalankan pekerjaan juga penting. Untuk 
itu, kami menyediakan kantor di setiap proyek. Meskipun bukan 
karyawan, members bisa datang kapan saja ke situ. Mereka bisa 
menelepon klien atau meminta sekretaris membuat surat. Mereka 
juga bisa mendapatkan brosur dengan mudah. Ini hal-hal kecil, 
tapi sangat menentukan.  
Ketiga, memotivasi dan meningkatkan kompetensi. Supaya 
members memiliki kemampuan menjual, kami rutin mengadakan 
pelatihan dan menghadirkan para pembicara terkenal.
Ada member yang datang ke setiap pertemuan, tapi tak juga 
mencetak penjualan. Saya bilang sama dia, "Saya bukan selebritas 
untuk ditonton. Anda datang untuk berproduksi, dan berproduksi 
bagi Anda sendiri." Biasanya cara ini berhasil memotivasi.
Keempatteamwork dan kepemimpinan yang kuat. Meski success 
rate dihitung dari seberapa banyak seorang member menjual produk, 
tapi kerja sama tim adalah yang terpenting. Klien menuntut pelayanan 
yang cepat dan informasi yang akurat.  Jarak antarproyek dan 
keterbatasan pemahaman yang mendalam terhadap semua produk 
membuat teamwork menjadi kunci dalam pemasaran properti.
Untuk membangun teamwork yang baik, kuncinya ada di 
kepemimpinan yang kuat, yakni yang bijaksana dan tidak pilih kasih. 
Kepemimpinan juga harus menciptakan lingkungan kerja yang sehat. 
Kadang di kantor ada politics yang membuat ketidakbijaksanaan 
pimpinan. Itu bisa menghambat. 

Gaji boleh tinggi, tapi belum tentu orang betah. Orang yang tadinya 
pintar belum tentu berhasil jika lingkungan buruk.  
Pemimpin harus tegas. Pernah suatu ketika, ada seorang member 
baru. Dia begitu agresif mencari klien, sikut kanan sikut kiri. 
Karena sudah tak ada etikanya, saya pun jatuhkan penalti. Saya 
melarang dia berjualan sampai dia bisa mengubah kelakuannya. 
Bagi seorang marketer ini berat. Benar saja, tiga bulan kemudian 
dia minta kesempatan kedua. Dan, dia sudah berubah, mau bekerja 
sama dan sukses.

No comments: