Ponsel adalah barang yang selalu dibawa kemanapun kita pergi. Kedekatannya dengan sang pemilik membuat gadget ini menjadi media yang sangat potensial untuk melakukan promosi. Personal, kontekstual, dan real-time.
Kalau ada pertanyaan benda apa yang tak pernah ketinggalan dalam kegiatan kita sehari-hari, mungkin jawabannya adalah ponsel. Dari riset yang pernah dilakukan oleh IDC (International Data Corporation) pada tahun 2007 silam, terungkap bahwa 38% responden yang berjumlah 2.400 orang dari 17 negara memilih membawa ponselnya ketimbang dompet.
Penelitian ini jelas memperkuat anggapan bahwa ponsel adalah bagian tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari kita. Pernah ada rekan kerja yang ponselnya ketinggalan di rumah dan sepanjang hari dia terlihat kebingungan. Dia merasa seperti ada yang hilang dari hidupnya hari itu. Tentunya bukan rekan kerja itu saja yang mengalami hari yang aneh ketika ponselnya tertinggal. Mungkin hampir dari kita semua akan merasakan hal yang sama.
Keterikatan kita yang cukup luar biasa pada ponsel dengan sendirinya membuat ponsel menjadi media yang sangat penting. Mobile device bahkan disebut-sebut sebagai media generasi ketujuh setelah surat kabar, rekaman, sinema, radio, televisi, dan internet. Sementara dalam dunia media digital, mobile device menjadi generasi kedua setelah internet.
Mobile device memiliki setidaknya tiga kelebihan dibanding media-media terdahulu. Pertama, mobile device tak sekadar alat komunikasi, lebih jauh perangkat ini telah menjadi fashion statement seseorang. Pilihan merek dan tipe ponsel akan menjadi pernyataan identitas dan gaya hidup seseorang.
Kedua, mobile device selalu dibawa kemanapun kita pergi dan umumnya selalu dalam keadaan hidup selama 24 jam. Saat ini jarang rasanya kita menemukan orang-orang yang mematikan ponselnya setelah jam kantor, apalagi di kalangan eksekutif. Ponsel mereka hidup dan siap menerima panggilan selama 24 jam. Karena setiap dering telepon atau SMS yang masuk bisa jadi sebuah peluang bisnis. Kalau sampai terlewat karena ponsel mati tentu sebuah kerugian. Ketiga, ponsel memberikan pengalaman unik kepada penggunanya dari kamera dan voice.
Keunikan serta kemampuan yang dimiliki ponsel dengan sendirinya akan menciptakan kapabilitas konsumen dan model periklanan yang baru. Ponsel akan menjadi media promosi yang sangat kuat dengan kemampuannya menyampaikan pesan yang kontekstual, personal, dan real-time. Hal ini jelas keunggulan paling mencolok di antara media-media lainnya seperti media cetak, radio, dan televisi.
Saat ini tercatat ada lebih dari tiga miliar pengguna ponsel. Jumlah ini tiga kali lipat lebih banyak ketimbang pengguna PC. Sementara akses internet juga mulai bergeser ke arah mobile internet, jumlah pengguna mobile internet kini mencapai seperempat dari total pengguna internet.
Tak hanya itu, kini jumlah ponsel bahkan dua kali lebih banyak daripada jumlah televisi. Hal ini tentu fakta besar tapi bukan hal yang mengejutkan. Coba Anda bayangkan ada berapa TV set di rumah Anda, bandingkan dengan jumlah ponsel yang Anda dan anggota keluarga Anda miliki. Tentu jawabannya akan lebih banyak jumlah ponsel di rumah Anda bukan?
Seperti halnya internet, ponsel kini telah menjadi media massa baru. Dengan lebih dari satu miliar handsetyang terjual di seluruh dunia setiap tahunnya dan infrastruktur jaringan mobile broadband yang dapat mentransmisi pesan-pesan komunikasi, ponsel – pada tingkatan dasar – siap menjadi media promosiprime-time.
Hal yang juga sangat penting adalah bahwa ponsel memiliki atribut unik dibandingkan pilihan media lainnya, termasuk spesifikasi geografis ataupun lokalitas. Media ini juga memiliki potensi personal karena tiap konsumen memiliki handset sendiri. Setiap faktor tersebut merupakan pembeda utama sekaligus nilai terbesar bagi para marketer. Hal ini membuat media selular memiliki potensi untuk meraup belanja per tahun sebesar 500 miliar dolar AS di seluruh dunia.
Namun, seperti halnya media yang baru lahir, penciptaan pengalaman-pengalaman yang luar biasa bagi para penggunanya merupakan sebuah hal yang sangat kritikal. Mengapa? Karena pengalaman-pengalaman inilah yang akan mendorong adopsi konsumen secara masif. Adopsi yang dimaksud tak hanya dari segi jumlah pemakai, tetapi juga kemampuan dan kemauan konsumen mengulik dan memanfaatkan fitur yang disediakan secara maksimal.
Hal itu kini mulai terlihat. Salah satunya dengan semakin tingginya aktivitas ponsel para pengguna. Kini ponsel tak lagi hanya digunakan untuk bertelepon dan saling kirim pesan singkat. Tetapi digunakan pula untuk mendengarkan musik, melihat video, bermain game, bahkan mendengarkan ceramah keagamaan dan mempelajari kitab suci.
Menurut data dari Informa, pada tahun 2006 total value global untuk mobile content mencapai 31 miliar dolar AS. Jumlah ini melampaui pendapatan internet yang hanya 25 miliar dolar AS. Pada tahun 2007, konten musik mencapai nilai 9,3 miliar dolar AS, sementara mobile gaming mencapai 5 miliar dolar AS.
Hal ini tentunya menjadi sinyal positif bagi marketer. Meski begitu, para marketer harus tetap berhati-hati dalam melancarkan promosi melalui media ini. Cara-cara yang digunakan haruslah kreatif dan sudah barang tentu mendapat izin dari penguna ponsel. Karena kalau tidak, bisa saja promosi yang dilancarkan akan dianggap sebagai spam. Namun, bila dijalankan dengan benar, keuntungan-keuntungan yang didapat tentunya akan jauh lebih besar dari yang jumlah rupiah yang kita investasikan.
Di Amerika Serikat sendiri mobile advertising berada pada tahap berkembang. Hal ini sebenarnya tak berbeda jauh dengan kondisi di belahan dunia lainnya, termasuk Asia. Menurut Association of National Advertisers, pada tahun 2007 spending pada mobile advertising sebesar 150 juta dolar AS. Namun, angka ini diyakini akan berubah dengan cepat saat generasi yang lebih muda – usia 11-17 tahun – menjadi dewasa.
Semakin dewasanya generasi tersebut tentunya akan dengan sendirinya mengubah pola perilaku konsumen. Pola konsumsi mereka tentunya akan jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Satu hal yang pasti, mereka akan lebih cepat mengadopsi sebuah teknologi baru. Generasi tersebut bahkan tak mengenal sebuah ponsel tanpa kamera atau hidup tanpa text messaging.
Konsumen generasi inilah yang akan menjadi target utama mobile advertising, karena merekalah yang akan mulai melihat iklan-iklan di ponsel mereka. Interaktivitas media dan iklan pun akan bertransformasi menjadi bentuk baru dengan medium komunikasi yang baru, salah satunya mobile device.
Masalahnya, siapkah para marketer kita menyambut hadirnya era ini? Di Indonesia sendiri mobile marketing maupun mobile advertising belumlah begitu populer. Langkah-langkah kecil sudah dilakukan dalam bentuk SMS marketing atau gaming marketing. Namun, sesungguhnya masih banyak yang bisa dilakukan lewat media ini. Mobile marketing dan mobile advertising diramalkan akan menjadi masa depan dunia marketing dan periklanan. Karenanya persiapkan strategi jitu lewat media ini sekarang. Jangan tunggu sampai besok.
No comments:
Post a Comment