Twitter Marketing Is Love Marketing
Blog: http://www.yuswohady.com | Twitter: @yuswohady
Ini adalah minggu kedelapan saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui Twitter. Melalui konsep ini saya ingin mangatakan bahwa strategi pemasaran Anda di Twitter akan sukses kalau Anda terus MENEBAR CINTA kepada konsumen di Twitter. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang ketujuh yaitu: “Love Is Trust”.
Ketika Anda mempreaktekan prinsip-prinsip yang ada di dalam Twitter Marketing is LOVE Marketing: Anda selalu memberi (giving) kepada follower dan teman; Anda selalu mendengarkan (listening) dan selalu mengajak mereka bercurhat-curhatan (conversation); setiap saat Anda berbagi (sharing) dengan mereka (berbagi ilmu, berbagi kebaikan, berbagi kebahagiaan); Anda peduli (caring) dengan keluh-kesah followers dan teman di Twitter; maka secara tak disadari Anda membangun TRUSTdengan mereka. Singkatnya, jika Anda terus menebar cinta kepada stakeholders Anda di Twitter maka sesungguhnya Anda sedang membangun sebuah kerajaan indah bernama: TRUST.
Peace and Happiness
Karena itu saya mengatakan Love is Trust. Cinta yang dipupuk terus-menerus — sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan akhirnya bertahun-tahun — akan menimbulkan benih-benih trust di antara Anda dengan para followers dan teman-teman yang Anda cintai di Twitter. Cinta akan menjadi begitu sempurna ketika ia menggumpal menjadi sebuah trust. Kata Joyce Brothers, psikolog kenamaan dari Amerika Serikat, “The best proof of love is trust.” Bukti cinta yang sesungguhnya adalah jika Anda dan orang yang Anda cintai telah terbangun trust.
Karena itu saya mengatakan Love is Trust. Cinta yang dipupuk terus-menerus — sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan akhirnya bertahun-tahun — akan menimbulkan benih-benih trust di antara Anda dengan para followers dan teman-teman yang Anda cintai di Twitter. Cinta akan menjadi begitu sempurna ketika ia menggumpal menjadi sebuah trust. Kata Joyce Brothers, psikolog kenamaan dari Amerika Serikat, “The best proof of love is trust.” Bukti cinta yang sesungguhnya adalah jika Anda dan orang yang Anda cintai telah terbangun trust.
Trust selalu bersifat resiprokal, artinya tak hanya Anda akan percaya kepada followers dan teman di Twitter, tapi sebaliknya mereka juga akan 1000% mempercayai Anda. Apa yang terjadi ketika antara Anda dan orang yang Anda cinta sudah tumbuh benih saling pengertian dan saling percaya? Hasilnya adalah sebuah energi nuklir yang luar biasa dahsyat yang saya sebut “energi kedamaian dan kebahagiaan” (“energy of PEACE and HAPPINESS”). Kita semua akan diliputi kedamaian dan kebahagiaan. Tak ada hujat-hujatan, tak ada saling curiga, tak ada saling menghancurkan, tak ada saling membunuh.
Kenapa kongres PSSI kisruh nggak keruan? Kenapa kongres PSSI dipenuhi hujatan, makian, celaan, tuduhan, kecurigaan, mosi ketidakpecayaan? Karena cinta tidak hinggap di hati sanubari kelompok 78, Komisi Banding, Komisi Normalisasi, FIFA, dan siapapun yang bermain di air keruh konggres yang memalukan itu. Karena di antara mereka terjadi saling curiga, saling tidak percaya, saling tidak rela, saling mendiskreditkan, saling mau menang sendiri, saling ingin menghancurkan pihak lain, saling menjatuhkan lawan. Karena spirit cinta telah lenyap, mereka menjadi tuli, tak punya empati, tak punya peduli, tak mau berbagi, tak punya kerelaan memberi (maunya minta melulu). Niat ingsun mereka bukan cinta. Mereka adalah orang-orang yang mengalami krisis cinta… krisis trust. Saya heran kenapa PSSI telah berubah menjadi “low-trust organization” yang begitu terpuruk.
Berbeda dengan PSSI, masyarakat Twitter adalah masyarakat (baca: komunitas) yang akan menjadi role model dari masyarakat ideal yang saya sebut “trust society”. Percaya saya, “Twitter society is trust society!!!”. Kenapa bisa begitu? Karena masyarakat Twitter “by-default” akan menjalankan prinsip-prinsip cinta dalam berinteraksi dan berkomunitas satu sama lain. Mereka saling conversation, saling listening, saling giving, saling empati dan peduli, saling berbagi. Ketika praktek cinta itu dijalankan dalam kurun waktu lama, maka ujung-ujungnya mereka akan menjadi sebuah keluarga besar yang penuh kedamaian dan kebahagian. Mereka akan membentuk trust society.
Trust Society
Saya pernah mendapatkan istilah trust society ini dari teman saya Badroni Yuzirman, tokoh hebat pendiri komunitas Tangan Di Atas (TDA). TDA adalah komunitas para entrepreneur yang ingin change the world dengan spirit berbagi dan memberi. Komunitas yang anggotanya kini mungkin sudah puluhan ribu orang dari seluruh pelosok negeri ini menerapkan prinsip-prinsip cinta dengan membentuk sebuah keluarga besar entrepreneur dimana antar mereka saling belajar, saling memberi, saling berbagi, dan saling peduli, dengan satu misi besar menciptakan entrepeneur tangguh yang bernurani.
Saya pernah mendapatkan istilah trust society ini dari teman saya Badroni Yuzirman, tokoh hebat pendiri komunitas Tangan Di Atas (TDA). TDA adalah komunitas para entrepreneur yang ingin change the world dengan spirit berbagi dan memberi. Komunitas yang anggotanya kini mungkin sudah puluhan ribu orang dari seluruh pelosok negeri ini menerapkan prinsip-prinsip cinta dengan membentuk sebuah keluarga besar entrepreneur dimana antar mereka saling belajar, saling memberi, saling berbagi, dan saling peduli, dengan satu misi besar menciptakan entrepeneur tangguh yang bernurani.
Mas Roni, menyebut TDA sebagai trust society karena di antara setiap anggota TDA terjadi saling percaya, saling pengertian, saling menjaga, saling membantu, saling memiliki, dan saling mendukung terwujudnya tujuan bersama (common purpose) yang mereka sepakati bersama yaitu membentuk jutaan entrepreneur demi kejayaan Indonesia. Setiap kegiatan dan aktivitas komunitas ini menjadi demikian antusias dan passionate penuh makna karena antar anggota memiliki komitmen dan trust luar biasa untuk memajukan komunitas ini. Itu semua terjadi karena landasan cintayang kokoh.
Dengan mempraktekan prinsip-prinsip cinta, saya meyakini masyarakat Twitter akan menjadi sebuah trust society seperti halnya komunitas TDA. Karena itu kemudian saya berandai-andai. Kalau saya umpamakan Twitter adalah NKRI, maka Pancasila-nya “negara” Twitter adalah: CINTA; dengan sila-sila-nya ada delapan, yaitu: 1. Giving2. Conversation 3. Listening, 4. Sharing 5. Caring 6. Empathy 7. Trust dan 8.Friendship. Kalau di era pak Harto dulu dikenal tujuan akhir NKRI adalah “Masyarakat Adil dan Makmur”. Maka “Masyarakat Adil dan Makmur”-nya Twitter adalah “PEACE & HAPPINESS”.
Saya jadi ingat lagu yang dinyanyikan kelompok musik soul The Chambers Brothers tahun 1969 berjudul: LOVE, PEACE, AND HAPPINESS. Ketika kita salingCINTA, maka semua kita akan menemukan KEDAMAIAN. Dan ketika kita menemukan kedamaian, maka kita akan memperoleh KEBAHAGIAAN.
Ketika masyarakat Twitter mempraktekan CINTA dalam hidup bermasyarakat diantara mereka, maka mereka akan menemukan KEDAMAIAN; dan karena mereka cinta-damai, maka mereka beroleh KEBAHAGIAAN.
LOVE, PEACE, HAPPINESS.