https://threadreaderapp.com/thread/1295153690446147584.html
A N A K K O L O N G
.
.
.
.
.
.
A n a k L a n g i t
.
.
.
.
@AnakKolong_
“Jangan karena setelah sholat, pakdemu bakar dupa, lalu kau anggap syirik. Karena letak syirik atau tidak, bukan pada dupanya, tapi pada niat, apa kau tahu niat pakdemu apa ? “
Suara alm. Bapak berpuluh tahun lalu terasa nyata terdengar ketika ia melewati kamar almh. Mbak Ayuk yang memilih untuk menjadi Hindu.
Saat menjalankan ritual keagamaannya Mbak Ayuk membakar dupa yang ketika angin bertiup harum dupa menyapa hingga ke teras tempat ia duduk dan melepas rindu rumah yang bertahun ia tinggalkan.
Sebagaimana lainnya yang tidak bisa memilih dan dipilih, bagi Anak Kolong, terlahir dari rahim wanita Katolik dan berayah Muslim adalah satu keistimewaan.
.
.
.
.
.
Bukan karena Ibu membelikan Al Quran kecil, kopiah, sarung dan sajadah saja, tetapi juga karena bapak dengan suaranya yang dalam dan berwibawa mengusap lembut kepalanya dan mendorong untuk terus menggambar sesuka hati (bahkan setelah Kepala Sekolah SD datang yang ia rasa berhubungan dengan gambar Yesus dan Nabi Muhammad SAW yang dibuatnya di sekolah) walau mungkin ia harus menanggung hukuman di sekolah nantinya.
.
.
.
.
.
Omah Londo, rumah dimana mereka dibesarkan dalam suasana Kebhinnekaan yang ramah selalu membuat rindu pulang dimanapun Ragil berada.
Kesan tentara tak dirasa saat alm. Bapak menanamkan cinta bangsa dan tanah air pada ketiga anaknya.
Nasehat bapak sampaikan diantara canda segarnya dan contoh diberikan melalui buku-buku seperti yang ia bawakan dalam keadaan terbungkus saat pulang dari dinasnya di Tim-Tim.
.
.
.
.
.
Untuk kakak perempuan yang memilih untuk memeluk agama Hindu, beliau bawakan buku mengenal Nabi Muhammad SAW, buku tentang filsafat Catur Warna dan Kaki Avatar untuk Mas Ayi - kakak lelaki yang memilih seWARNA dengan Ibu -
dan saran agar Ragil, yang memilih untuk mengikuti bapak dengan menjadi seorang Muslim, membaca buku tentang Nabi Isa atau Yesus.
.
.
.
.
.
Semangat yang bapak sampaikan untuk menjadi langit dan tidak sekedar bintang ketika ia kalah dalam pertandingan karate di piala KASAD seperti apa yang bapak harapkan, ia wujudkan dalam perjalanan pendidikan dan profesi pilihan hidupnya kemudian.
Bukan sifat bapak untuk menghantui pilihan anak-anaknya walau kadang tersirat ketidak sreg-an.
Dukungan atas pilihan bebas ketiga anaknya beliau buktikan saat Ragil menjalani pendidikan menjadi satu diantara yang terpilih dari banyaknya kompetitor dimana ia harus mengikuti pendidikan yang cukup lama dan jauh dari kota dan rumahnya.
Ragil tidak dapat mengantar & membisikan adzan untuk bapak, disaat ia kembali tiga bulan kemudian mendapati kenyataan beliau telah berpulang tanpa sempat bertukar tatap & kata.
Kemarahan & duka sedikit terobati ketika ibu menyampaikan bahwa hal itu adalah kehendak alm. Bapak.
Tanggung jawab dan cinta pada negara dan bangsa adalah segalanya, walau mungkin disaat yang sama ( bapak ) berharap Ragil menemani Mas Ayi berada disampingnya dan akan turun menerima, menggendong dan meletakkan tubuhnya di dalam makam yang menjadi tempat istirahat abadinya.
.
.
.
.
.
Dalam pelukan cinta pula, ia menolak saat Alice istrinya, yang sedang terbaring lemah di tahun keempat sakitnya menyarankan sang suami untuk mulai mencari pengganti, sang pilot yakin bahwa tawaran itupun berdasar kasih dan kepedulian yang tinggi serta kekhawatiran apabila si pilot-sang ayah harus menjalani hidup sendiri dan disaat yang sama bertanggung jawab menjaga dan mendidik putri semata wayang, Srikandi kecil kesayangannya.
.
.
.
.
.
Ia selalu berusaha memakai sepatu orang lain untuk merasakan apa arti suka dan duka. Ia tidak akan membuang waktu untuk membenci, tetapi ia tidak akan melupakan satu pukulan agar dapat menghindar serangan berikutnya.
Hidup dan dunia tukang kebun diantara cinta pada istri barunya yang bernama pesawat, mengisi hari-harinya disamping tajamnya kalimat untuk membungkam mereka yang melecehkan negara dan bangsa melalui media sosial twitter di dua akun @AnakKolong_ dan @eLFathir_.
Ia adalah fighter yang menunggu beruang lelah dan akhirnya dapat ia taklukan sebelum dihempaskan hingga malu dan mundur teratur, atau timbul kesadaran YANG TERDALAM.
Menghabiskan masa kecil dan remaja di Jakarta, Jogja, Manokwari (Papua), Maros Sulsel, Maumere NTT & Pulau Lombok NTB tidak membuat ia lupa unggah ungguh sebagai orang Jawa.
Memberi pemahaman sejauh yang ia ketahui dalam hal berbangsa dan beragama. Ia tidak berusaha menjadi guru terlebih sebagai ahli.
Dalam perjalanan sunyi maya-nya untuk mencoba menebar kesungguhan bertanah air, ia menerima hampir delapan belas julukan yang diberikan oleh pembenci dan pengagum rahasianya, bahkan mungkin mereka yang penasaran atas hidup pribadinya.
Tidak kurang hinaan dan pertanyaan tendesius mengenai kepercayaan yang ia peluk, dan pesan sinis atas putrinya yang tidak berhijab ia jawab melalui canda yang menohok.
“ITU WILAYAHKU, KARENA AKU AYAHNYA” atau melalui karikatur yang masih ia buat sesekali.
Melalui tulisan ia kuatkan mereka yang masih memiliki hati dan nalar untuk terus berjuang demi rasa aman, nyaman dan rela menjadi satu bangsa berbudaya di bumi pertiwi ini.
Pencerahan melalui cuitan tanpa ia sadari dinanti mereka yang ragu dan khawatir atas sepak terjang liar para politikus dan pebisnis busuk yang berniat membuat negara ini lemah bahkan poranda melalui narasi penggembosan dan pembodohan.
Informasi sesat dan kebohongan publik ia sanggah dengan bukti yang dikumpulkannya dengan telaten dan hati-hati dari banyak sumber.
Dia bukan pejuang yang butuh banyak asupan, bukan pula si tambun yang berjalan terseok di antara timbunan benci dan serakah.
Dia hanya memiliki Chelsea dan Jack sahabat terbaiknya kini setelah putri semata wayangnya mewakafkan diri untuk menjadi dokter relawan di Afrika Selatan.
.
.
.
Sama seperti Alm. bapak, ia tidak berniat menghalangi walau ingin, bahkan menunggu dengan sabar dan debar rindu akan suara atau sapa tulis sang putri yang menyimpan kompas tuanya. Ia membiarkan alam menghantarkan sesak rindu ayah pada putri semata wayangnya
melalui semilir angin & nafas berat kerinduan bercampur kabut airmata yang ia lepaskan saat menjalankan 24 jam sholatnya, maupun di saat menjaga agar sapu lidi Indonesia tidak terserak, patah dan tersapu dari sejarah peradaban dunia.
.
.
.
Kerinduan dan rasa ingin dekat dan menjaga sang putri semata wayangnya, menjadi senyum saat mendengar dan membayangkan anak-anak TK dan SD tertawa dalam aman penjagaanya.
Tawa itu menjadi pelipur rindu dan membuat untuknya selalu terjaga walau lelah dan sakit terkadang menyerang karena padat giatnya.
Tawa riang dan celoteh anak-anak terdengar seperti petikan gitar Eureeka-nya, maupun petikan gitar Mas Ayi dulu yang mengiringi Ragil bernyanyi disaat menunggu datangnya Magrib untuk sholat diimami Bapak.
Hari ini …,hari pertama setelah sekian tahun melintas batas daerah dan negara saat menyelesaikan tugas dari sang saka, di teras belakang omah londo ia kembali merindukan gulai masakan ibu dan racikan teh hangat Mbak Ayuk
Ragil tersenyum mengingat keriangan saat Bapak membawa sebuah TV bekas merk SABA setelah kembali dari Tim Tim yang bapak janjikan setelah melihat anak-anaknya tercinta nonton berdesakan di TK Angkasa.
.
.
.
Dalam takut kehilangan belahan jiwa ia hadir dalam perjuangan istri tercintanya yang selama bertahun-tahun bertarung melawan penyakit dan menolak pengobatan yang dianggapnya hanya memperburuk kondisi tubuhnya.
Alice adalah seorang dokter yang dinikahi dan memberinya seorang putri , menjadi bukti cinta dan anugerah Allah bagi dirinya.
Ia tidak butuh pembuktikan dan membuktikan cinta Allah selain yang sudah ia dapat dan syukuri pernah dan masih hadir hingga saat ini.
.
.
.
Ragil, sang fighter bukan pemegang kunci surga, ia berjalan dengan diri dan semangat pencarian menyatukan yang terpisah dan menghalau berkembangnya parasit bangsa. Ia tidak mendapatkan keuntungan selain kepuasan mengabdi.
Ragil mengingat pesan bapak untuk PUSH UP lagi dan lagi demi memperkuat mental dan semangat juang serta kesadarannya hingga beruang lawannya lelah dan menyerah kalah.
Teruslah berjuang sobat karena kau adalah pejuang dan bukan beruang Rusia lelah
.
.
.
Kau adalah Pilot handal yang akan tetap tenang, 'maintain kecepatan, locality "n look out dan tentukan area pendaratan’, kami adalah PENUMPANG yang percaya pada Sang Captain, selebihnya kita berdoa bersama.
.
.
.
Mungkin aku hanya salah satu sahabat kecil yang terus belajar melalui kalimat dalam cuitan dan jejak langkahmu, untuk turut menjaga tanah air, dan bukan menjadi beruang Rusia itu.
Dan semoga kami bisa mengikuti semangatmu untuk tidak lelah dan terus berani bersuara serta melihatmu berkarya untuk bangsa dan negara ini
DIRGAHAYU TANAH AIRKU INDONESIA KE-75
No comments:
Post a Comment