Survei Towers Watson menemukan sebagian besar organisasi multinasional memandang kesehatan karyawan sebagai prioritas yang lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Guna menghadapi biaya kesehatan yang meningkat dan kekhawatiran mengenai kesehatan karyawan, mayoritas organisasi multinasional berencana menempatkan skema kesehatan karyawan dan kesejahteraan karyawan mereka secara keseluruhan sebagai prioritas yang lebih tinggi, dalam beberapa tahun ke depan. Begitulah garis besar hasil survei yang dilakukan oleh Towers Watson—sebuah perusahan global servis profesional—terhadap 149 perusahaan multinasional yang mewakili 5,2 juta karyawan di 37 negara, termasuk negara maju dan negara berkembang, di seluruh dunia.
Berdasarkan survei tersebut, 75% responden menyatakan bahwa kesehatan karyawan akan lebih menjadi prioritas pada tahun 2011 dan 2012, sementara 87% akan melakukan hal yang sama dalam tiga hingga lima tahun mendatang—di tahun 2013–2015.
Hal tersebut serupa dengan keadaan di Indonesia. “Perusahaan-perusahaan di sini juga sudah melakukan screening kesehatan, tapi belum ada follow up. Itu pun berlaku di perusahaan yang tergolong perusahaan global, masih jarang di perusahaan lokal. Biasanya mereka bergerak di bidang oil & gas dan consumer goods,” kata I Gede Eka Sarmaja, Director of Benefits Indonesia Towers Watson.
Tujuan dan Hambatan
Alasan organisasi multinasional memberikan penekanan lebih besar terhadap strategi kesehatan karyawan berbeda-beda, berdasarkan wilayah operasinya. Ketika diminta memberikan tiga tujuan yang paling penting dari strategi kesehatan mereka, secara global, lebih dari separuh (54%) responden menjawab strategi kesehatan mereka merupakan bentuk kepedulian terhadap kesehatan karyawan, ketahanan tubuh, serta manajemen stres. Di antara responden Asia-Pasifik, 62% memilih penghargaan yang kompetitif sebagai satu dari tiga tujuan paling penting (gambar 4). Hal tersebut mencerminkan tingginya kompetisi dalam pasar tenaga kerja di sebagian besar wilayah.
Selain itu, biaya juga masih merupakan faktor penghambat dalam strategi kesehatan karyawan: 52% dari seluruh responden dan 42% dari responden Asia-Pasifik menilai pengendalian peningkatan biaya kesehatan sebagai objektif strategi kesehatan global mereka (gambar 4).
“Data yang baik, penerapan yang terbukti, serta komunikasi yang kuat kepada para pemimpin regional dan lokal penting untuk menunjukkan kasus bisnis di balik strategi kesehatan global dan mendapatkan persetujuan dari pemimpin senior. Persetujuan tersebut kemudian menjamin bahwa strategi kesehatan memainkan peran yang tepat dalam organisasi keseluruhan dan program reward ini berkelanjutan,” kata Heard. Dia menambahkan bahwa hambatan yang teridentifikasi oleh perusahaan multinasional Asia-Pasifik dalam survei—termasuk kurangnya data, kurangnya sumber daya, dan komunikasi yang buruk—akan sulit untuk diatasi tanpa strategi perspektif yang luas.
Dalam tiga tahun ke depan, perusahaan multinasional akan semakin bergantung pada peraturan global untuk program manfaat perawatan kesehatan mereka. Pengelolaan data, dukungan pihak ketiga, dan penawaran program pencegahan dan kesehatan adalah bagian yang kemungkinan besar muncul di bawah beberapa jenis pemerintahan global di organisasi responden.
Bagaimana dengan di Indonesia? Mungkin sudah saatnya perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia lebih serius mempertimbangkan untuk mengadopsi strategi kesehatan global bagi karyawan di perusahaan mereka untuk mengoptimalkan manfaat dana perawatan kesehatan, mengontrol biaya yang dikeluarkan, juga meningkatkan produktivitas karyawan. (www.marketing.co.id/Hanantiwi Adityasari)
No comments:
Post a Comment