www.marketing.co.id – Twitter diblokir di Mesir gara-gara dikhawatirkan situs jejaring sosial tersebut dipergunakan para demonstran untuk menggalang dukungan. Menurut petinggi negara Mesir, Twitter dianggap ancaman bagi keamanan negara.
Tidak hanya level negara, ternyata masih banyak perusahaan di Indonesia yang merasa terancam dengan “kicauan” karyawan mereka di jejaring sosial. Apakah benar demikian? Ataukah hal ini bisa dijadikan peluang?
Jejaring sosial di Indonesia sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang terkoneksi secara online. Bahkan Indonesia sudah menempati urutan kedua negara pengguna Facebook terbesar di dunia. Jakarta juga dinobatkan sebagai ibukota Twitter Asia.
Kenyataan ini sering kali membuat korporat ngeri, jika dikaitkan dengan keterlibatan para karyawan mereka di jejaring sosial. Sebagian korporasi malah memblokir layanan jejaring sosial dengan berbagai alasan, seperti ketidakefektifan kerja, karyawan makin malas, dan lain sebagainya. “Karyawan saya jadi tidak optimal kerja, sibuk nge-Tweet melulu…,” kata seorang kepala divisi sebuah perusahaan jasa. “Lha…, kalau mereka bocorin isu yang enggak benar tentang perusahaan, bagaimana?” kata salah satu pemilik perusahaan.
Sebenarnya tidak perlu merasa panik dan antijejaring sosial seperti itu. Jika jejaring sosial di kantor diblokir, apakah bisa menjamin karyawan tidak mengakses situs jejaring sosial melalui komputer rumah mereka, melalui mobile devices, atau online devices yang lainnya?
Alih-alih kita repot membatasi kebebasan berekspresi para karyawan melalui jejaring sosial, lebih baik kalau kita memberdayakan karyawan di jejaring sosial untuk membangun kredibilitas korporat di jejaring sosial dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Create SocMed Blueprint
Sebuah social media blueprint dapat menjadi petunjuk pelaksanaan kebijakan perusahaan seputar aktivitas media sosial karyawannya. Dalam social media blueprint dijabarkan aksi dan reaksi korporat menanggapi semua hal berkaitan dengan jejaring sosial.
Create Employee SocMed Guidelines
Beri aturan yang jelas tentang penggunaan jejaring sosial, hal-hal yang dibolehkan dan hal-hal yang tidak diperkenankan untuk di-share. Biasanya kebijakan ini hampir sama dengan kebijakan korporat dalam berkomunikasi kepada media.
Speak with Their Language
Buatlah representasi resmi korporat di jejaring sosial sebagai media komunikasi karyawan dan perusahaan. Jika memungkinkan, libatkan para pimpinan perusahaan di dalam percakapan yang terjadi. “The Good CEOs is the one who can speak the language of the people.” Ketika banyak karyawan mereka aktif di jejaring sosial, si pemimpin juga harus ikut nimbrung ngobrol di sana, biar “nyambung”.
Create a Routine SocMed Monitoring
Tunjukkan kepada karyawan kalau korporat selalu memonitor hal yang menjadi percakapan di jejaring sosial, terutama yang mengusung bahan perbincangan seputar perusahaan. Dan kebijakan tertentu akan dilakukan terhadap pelanggaran atas socmed employee guidelines. Hal ini akan membuat karyawan lebih bijak dalam memilih kalimat dan perkataan mereka di situs jejaring sosial.
Makin erat employee engagement (offline dan online), akan berpengaruh pada meningkatnya produktivitas karyawan, motivasi karyawan, dan retensi karyawan. Sedari dini, korporat harus mampu memanfaatkan basis karyawan yang loyal sebagai salah satu kekuatan yang efektif untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di jejaring sosial. “Every good conversation starts with a good listening.”
Dengan rutin mendengar atau memonitor percakapan dalam jejaring sosial, hal tersebut akan memberikan kontribusi yang besar dalam pemahaman kita untuk deteksi dini mengenai permasalahan internal perusahaan yang ada. Sehingga selanjutnya, perusahaan dapat meninjau kebijakan dan menetapkan action selanjutnya untuk perkembangan perusahaan ke arah yang lebih baik.
Jadi, apakah perusahaan Anda masih menganggap “kicauan” karyawan sebagai ancaman? (Catur PW)
No comments:
Post a Comment